Keberhasilan Partai AK Turki tidak boleh encer kekhawatiran atas Islamis Arab

Mona Eltahawy

Tidak mengherankan bahwa sejak Abdullah Gul menjadi presiden Turki 27 Agustus banyak analisis yang salah arah telah disia-siakan tentang bagaimana “Islamis” bisa lulus ujian demokrasi. Kemenangannya pasti akan digambarkan sebagai “Islamis” perutean politik Turki. Dan Islamis Arab – dalam bentuk Ikhwanul Muslimin, pendukung dan pembela mereka – selalu menunjuk ke Turki dan memberi tahu kami bahwa selama ini kami salah untuk mengkhawatirkan Islamis Arab itu’ dugaan godaan dengan demokrasi. “Ini berhasil di Turki, itu bisa berhasil di dunia Arab,” mereka akan mencoba meyakinkan kita. Salah. Dan salah. Pertama, Gul bukanlah seorang Islamis. Jilbab istrinya mungkin menjadi kain merah bagi banteng nasionalis sekuler di Turki, tetapi baik Gul maupun Partai AK yang menyapu pemilihan parlemen di Turki pada bulan Juni, bisa disebut Islamis. Sebenarnya, begitu sedikit yang dimiliki Partai AK dengan Ikhwanul Muslimin – selain dari keyakinan umum para anggotanya – bahwa tidak masuk akal menggunakan keberhasilannya dalam politik Turki sebagai alasan untuk mengurangi ketakutan atas peran Ikhwanul Muslimin dalam politik Arab. Tiga tes lakmus Islamisme akan membuktikan pendapat saya: wanita dan seks, yang “Barat”, dan Israel. Sebagai seorang Muslim sekuler yang telah bersumpah untuk tidak pernah tinggal di Mesir jika para Islamis pernah mengambil alih kekuasaan, Saya tidak pernah menganggap enteng upaya mencampurkan agama dengan politik. Jadi dengan pandangan skeptis saya telah mengikuti politik Turki selama beberapa tahun terakhir.

Filed Under: FeatureMaroko IslamisIkhwanul MusliminTurkiAKP Turki

Tag:

About the Author:

RSSKomentar (0)

Trackback URL

Tinggalkan Balasan